Kamis, 21 April 2016

SEKILAS TENTANG SERAYA KARANG ASEM BALI


                               SEKILAS TENTANG SERAYA KARANG ASEM BALI





Seraya Karang Asem Bali tidak dapat dipisahkan dari sejarah pulau Bali, karena Seraya sudah ada sebelum tahun 1343 masehi yaitu Pemerintahan Sri Jaya Pangus ( sesuai peninggalan prasati Slonding ). Pada zaman kerajaan Bedahulu pada masa pemerintahan Sri Astha Sura Ratna Bumi Banten yang didampingi oleh para Menteri dan para Patih sebanyak tujuh orang sebagai benteng serta menjadi tulang punggung pulau Bali. Ki kopang bertugas memerintah Desa Pakraman Seraya sebagai benteng saat ada serangan dari musuh yang masuk dari pinggiran Bali Timur. Akibat ekspedisi Patih Gajah Mada dari Majapahit, maka Ki Kopang dan para Patih dari Tenganan serta teman seperjuangannya kalah menghadapi serangan Patih Gajah Mada, sehingga pulau Bali dapat ditaklukan.

Setelah Bali ditaklukan oleh Kerajaan Majapahit, yang pucuk pimpinan di Bali saat itu adalah Trah Dalem di Geldel, maka tokoh Agama, seni dan budaya dari Majapahit datang ke Bali dan menetap sekaligus mengganti pucuk pimpinan di Seraya ( Trah Arya Kanuruhan yg sering disebut Soroh 40 serta mengembangkan seni budaya sampai sekarang, yang kemudian digulingkan oleh warga Bendesa Mas yg pendatang berasal dari Desa Mas Ubud ).

Itulah bukti, bahwa Seraya merupakan Desa tua sebagai benteng pulau Bali Timur dari zaman kerajaan Bedahulu. Di bawah kekuasaan Kerajaan Majapahit di Bali terdapat kerajaan-kerajaan kecil yang menjadi bawahan Kerajaan Gelgel, seperti di Karangasem yang Rajanya yang bernama I Dewa Karang Amla berkedudukan di Seledumi ( Bale Punduk ), kemudian pindah ke Batu Aya, sampai akhirnya terjadi penyerahan kekuasaan Batu Aya ( I Dwa Karang Amla ) kepada I Gst Oka yg dari trah I Gst Batan Jeruk menjadi Raja I yang merdeka, dan raja-raja seterusnya.
Masyarakat Seraya menjadi angkatan bersenjata di Kerajaan Karangasem terutama disaat terjadi Expansi ke Bumi Lombok.pada saat penyerangan oleh Laskar Karangsem ke Lombok, ikut serta bergabung pada rombongan tersebut perahu-perahu yang lain yang penuh dengan laskar-laskar bersenjata lengkap berasal dari Seraya dipimpin oleh Bendesa Seraya,dengan bersenjatakan tombak dan tameng. Sampai sekarang seni berperang yang mempergunakan senjata tongkat dan tameng tersebut masih diwarisi dengan sebutan Magebug atau Gebug Ende yang oleh sebagian masyarakat disakralkan sebagai sarana untuk memohon turunnya hujan, apabila terjadi musim kemarau yang berkepanjangan.

Sejarahnya, empat puluh orang pendekar dari Seraya, desa di tepian pantai Karangasem, diajak berperang menaklukan Kerajaan Lombok Barat oleh Raja Karangasem. Keempat puluh orang ini kemudian disebut Soroh Petang Dasa. Bukan perkara begitu saja keempat puluh orang terpilih ini dijadikan prajurit. Stamina dan kekuatan rakyat Seraya memang melegenda. Kerajaan Karang Asem Lombok pada masa itu dapat dikalahkan. Untuk itu dibuatlah semacam permainan perang untuk mengingatkan peristiwa ini.Gebug ende dilakukan dengan aturan yang keras. Di dalam arena, dibatasi oleh garis pemisah antara dua peserta dengan dua bilah rotan. Diawasi oleh dua orang juru wasit. Tidak boleh memukul dari pinggang ke kaki. Jika terkena kepala, berarti sudah kalah dan permainan selesai. Kerasnya sabetan rotan ditangkis dengan sebuah perisai. Tak jarang luka akibat hempasan rotan.

Pasukan Seraya terkenal dengan Pasukan Empat Puluhnya yang konon sakti dan Teguh Kembulan,dan sering congah atau melawan Anak Agung Karang Asem,untuk mengatasi dan menawarkan kekuatan orang Seraya ,maka Anak Agung Karang Asem menempatkan orang orang sasak di sebuah daerah pegunungan yang dikenal dengan Desa Tabuan,yaitu di tempat hulu mata air yang mengalir ke Daerah Seraya.Maka ketika masyarakat Seraya mandi menggunakan air bekas yang telah digunakan oleh orang sasak di Bukit Tabuan konon kesaktian orang Seraya lambat laun terkikis,dan masyarakat Seraya yang berada di pesisir ujung timur dan utara yang tidak terkena oleh air sisa mandi orang sasak tersebut ,konon sampai saat ini masih kebal.Dan untuk mengantisipasi serangan Seraya ,Anak Agung Karang Asem menempatkan orang orang sasak yang berasal dari Menemeng Praya di Desa Ujung Pesisi Karang Asem.

Kata Seraya memiliki tiga pengertian yaitu:

(1) Kata Seraya berasal dari kata sirah dan iya, kata sirah berarti kepala dan iya berarti dia, jadi Desa Seraya dikatakan sebagai kepala dari pulau Bali karena terletak paling timur dari pulau Bali.

(2) Kata Seraya berasal dari kata sira dan aya,kata sira berarti dia dan kata aya berarti besar. Kata besar memiliki dua pengertian yaitu besar dari segi wilayah yang sangat luas yang terdiri dari 32 banjar adat dan besar dari segi keberanian dan kekuatan, karena pada zaman Kerajaan masyarakat Desa Pakraman Seraya menjadi angkatan bersenjata Kerajaan Karangasem untuk bertempur melawan Kerajaan Lombok.

(3) Kata Seraya berasal dari bahasa Sansekerta yaitu dari kata Craya yang berarti teman, disebut teman karena Kerajaan Karangasem mencari teman atau bantuan ke Desa Pakraman Seraya untuk bertempur melawan Kerajaan Lombok.

Seraya terletak di 7 km dari Kecamatan Karangasem, 7 km dari Kabupaten Karangasem, 86 km dari Provinsi Bali. Batas-batas Desa Pakraman Seraya secara geografis dapat dilihat sebagai berikut : sebelah utara ada desa bukit, sebelah timur ada desa tulamben, sebelah barat ada desa tumbu,ujung hyang dan sebelah selatan ada selat lombok atau laut. Desa Pakraman Seraya terdiri dari tiga desa kedinasan yaitu Seraya Barat, Seraya Tengah dan Seraya Timur dengan luas wilayah 295 km yang memiliki ketinggian 30-500 m dari permukaan laut dengan kemiringan rata-rata 4,5 dengan iklim tropis dan curah hujan rata-rata 74 hari pertahun. Tanaman yang dikembangkan adalah kelapa, jagung, kacang dan tanaman lainnya yang tahan terhadap cuaca yang panas dg musim tanam setahun sekali. Dalam sektor peternakan dikembangkan jenis ternak seperti: ayam,kambing, sapi, babi.

2 komentar:

  1. Blum ad sumber tertulis yg menyebutkan bahwa soroh 40 hanya dri arya kanuruhan apkh dri trah yg lain tdk ad..?? , yg disebut diprasasti karangasem yg memimpin kelombok dri soroh 40 adlh Ki Bendesa, apkh yg mempin trahnya itu dri warga bendesa mas..karena itu yg tertulis diprasasti karangasem, masih penuh tandatanya?? Perlu sumber yg pasti lagi

    BalasHapus